:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

Senin, 16 Januari 2012

HMI,Kehilangan Jargon Perkaderan Menuju Politik Praktis


Sebagai organisasi besar yang berdiri tahun 1947, HMI sepertinya telah kehilangan jargon organisasinya, yang seharusnya berlandaskan organisasi perkaderan menjadi organisasi pencetak gerbong politikus di Indonesia.
Ini tergambar dari hilangnya popularitas HMI di kampus dengan organisasi Underbow PKS seperti KAMMI dan LDK yang kian menjamur di seluruh pelosok kampus di Indonesia. Tak bisa dipungkiri bahwa anak-anak muda HMI saat ini telah kehilangan arah memajukan organisasi dan lebih mementingkan kepentingan segelintir elit politik. Kepengurusan dari tingkat komisariat sampai PB HMI seharusnya harus kembali bekerja fokus untuk kembali membuat HMI sebagai organisasi berbasis kampus dan mengembalikan perkaderan HMI ke khittah HMI.
Kehilangan arah dukungan juga terlihat dari lemahnya peran alumni HMI dan berwadah KAHMI untuk menyokong adik-adik HMI di Komisariat dan Cabang dalam menggerakkan urat nadi kehidupan HMI yaitu perkaderan HMI. Alumni HMI masih sibuk berpolitik dalam wadah KAHMI sebagai satu-satunya wadah penyaluran aspirasi politik alumni HMI. Adik-adik HMI harus mampu menggairahkan HMI, walaupun dukungan alumni HMI menipis dan kembali mengembalikan khittah HMI sebagai organisasi intelektual muslim.
Seperti disebutkan di depan bahwa organisasi HMI awalnya lahir dan besar di kampus-kampus utama. Awal lahirnya di Universitas Islam Indonesia tahun 1947, kemudian merambah ke universitas-universitas ternama seperti di Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta, ITB dan Unpad di Bandung, ITS dan Unair di Surabaya, Unversitas Indonesia dan IKIP di Jakarta, USU di Medan dan Unhas dan IKIP di Makasar dan seterusnya. Kini dengan sangat pesimistis meski penuh harap, HMI sudah kehilangan relevansi dan eksistensinya. Kekuasaannya di organisasi intra universitas seperti senat mahasiswa dan Badan Eksektutif Mahasiswa (BEM) menjadi marginal kalau tidak dianggap sebagai bagian minoritas. HMI kehilangan daya saingnya di lembaga kemahasiswaan di universitas. Hal ini sebabkan bukan hanya oleh lemahnya infrastruktur organisasi di tingkat komisariat fakultas dan korkom di tingkat universitas, akan tetapi sistem perkaderannya yang sudah ketinggalan kalau tidak ?usang? sama sekali. Sistem perkaderan yang hanya melahirkan jago ?debat? tapi kehilangan relevansinya dalam praktek kehidupan kemahasiswaan dan masa depan dunia.
Mengembalikan identitas perkaderan
Himpunan mahasiswa Islam (HMI) yang lahir dari rahim pergolakan revolusi fisik bangsa pada 14 Rabiul Awal 1366 Hijriah yang bertepatan dengan 5 Februari 1947 sesungguhnya didirikan dengan latar belakang semangat untuk mengimplementasikan nilai-nilai keislaman dalam konteks keindonesiaan. Keseriusan upaya untuk mentransformasikan implementasi nilai-nilai Islam keindonesiaan turut melatarbelakangi pilihan HMI sebagai cadre forming (organisasi kader). Berbeda dengan mass forming (organisasi massa) yang memokuskan geraknya pada proses perekrutan massa sebanyak-banyaknya tanpa kejelasan, keterukuran, dan jenjang pendidikan anggotanya, maka cadre forming cenderung berorientasi pada kualitas kader, bukan pada banyaknya kuantitas massa. Karena itu, klaim HMI sebagai organisasi kader meniscayakannya untuk melakukan proses perkaderan sebagai bukti tanggung jawabnya terhadap klaim yang dinyatakan.
Hidup atau matinya HMI sangat tergantung pada ada dan tidaknya proses perkaderan yang digelar. Tentu saja, arti perkaderan bukan perkederan. Sebab, perkaderan berarti usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis yang selaras dengan pedoman perkaderan HMI, sehingga memungkinkan seorang kader HMI mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang kader muslim, intelektual, dan profesional yang memiliki kualitas insan cita, sehingga melahirkan kader yang utuh, sementara pengkederan membuat kader jadi keder tanpa inisiasi yang mandiri. Perkaderan yang dijalankan HMI mesti menggunakan strategi pendekatan yang mampu menjawab kebutuhan seperti student reasoning (nalar mahasiswa) melalui wahana intellectual exercise (latihan intelektual), kebutuhan student interest (minat mahasiswa), dan kebutuhan student welfare (kesejahteraan mahasiswa).
Kemudian, kegiatan-kegiatan HMI harus dikembalikan pada basisnya di perguruan tinggi dan dinamika kehidupan kemahasiswa di kampus dan tantangan kehidupan pasca mahasiswa di tengah-tengah masyarakat. Tugas HMI-lah yang merelevansikan model-model kegiatan kemahasiswaan di kampus dan tantangan-tangan baru dalam kehidupan masyarakat. Dunia kerja dan tantangan pengelolaan sumber daya alam dan kemampuan sumber daya manusia menjadi bagian terpenting dalam kehidupan bansa saat ini. Seharusnya HMI dapat mendorong ke arah pengembangan kegiatan di kampus yakni merangsang tumbuhnya kreativitas dan innovasi atas kekayaan pengelolaan sumber daya alam Indonesia atau di lingkungan universitas di mana HMI berada.
Penulis adalah alumni HMI yang gelisah


PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.

Featured Video

SENARAI TETAMU KEHORMAT MUATURUN MP3 PERCUMA

Followers