:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

Jumat, 27 Januari 2012

Hina sahabat Nabi,Syiah Langgar Kesepakatan Ulama Se-Dunia di Qatar


Hina Sahabat Nabi, Syiah Langgar Kesepakatan Ulama Se-Dunia di Qatar

Jakarta (Voa-Islam) - Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab meminta penganut aliran Syiah dan Sunni saling menghormati. Hal ini pernah disampaikan Habib ketika menanggapi penyerangan Pondok Pesantren Al Ma’hadul Islami, di Pasuruan, Jawa Timur, 15 Februari 2011 lalu.

"Saya pikir soal Syiah dan Sunni ini kan sudah ada kesepakatan muktamar internasional di Qatar Februari 2009 lalu. Dimana Sunni dan Syiah harus saling menghargai satu sama lainnya," kata Habib Rizieq usai bertemu Menteri Dalam Negeri di Jakarta, Rabu (16/2/2011).

Menurutnya ada dua poin poin penting hasil mukhtamar yang harus dijalankan oleh Sunni dan Syiah. Pertama ulama Suni maupun Syiah tidak boleh membuat pernyataan lisan maupun tulisan yang menghina keluarga dan kerabat nabi. “Ini sudah kesepakatan," jelasnya.

Kedua, lanjut Habib, ulama Sunni juga tidak boleh membawa misi Sunni ke negeri berpenduduk Syiah begitu juga sebaliknya."Intinya kalau kita tahu mayoritas Sunni jangan ada kelompok lain memanfaatkan dan memaksakan kehendaknya, itu pasti mengundang konflik," tegasnya.

Dia mencontohkan ulama Sunni tidak coba-coba men-sunnikan orang Iran yang kebanyakan beraliran Syiah, begitu juga ulama Iran jangan coba-coba mensyiahkan orang Indonesia. "Jadi saya pikir masing-masing pihak jaga diri, kita tidak melarang setiap orang punya keyakinan, tapi pahamilah kondisi di republik ini," pintanya.

Syiah Melanggar Kesepakatan
Lalu apa yang terjadi, setelah Muktamar Internasional di Qatar? Terbukti, Syiah di Indonesia justru melanggar kesepakatan, yakni terus menerus melakukan penyebaran ajaran Syiahnya di kalangan Sunni. Jika melihat hasil dari `kaderisasi` pemeluk syi`ah di Indonesia, akan membuat kita tercengang. Secara kuantitas, pertambahan kader Syiar di Indonesia mengalami peningkatan.
Betapa tidak, rupanya kekuatan Syi`ah di negeri kita ini diam-diam terus bekerja siang malam, tanpa kenal lelah. Hasilnya, ada begitu banyak agen-agen ajaran syi`ah yang siap merenggut umat Islam Indonesia untuk menerima dan jatuh ke pelukan ajaran sesat ini.
Sebagai contoh, perkembangan Iranian Corner di Indonesia khususnya Perguruan Tinggi cukup marak. Di Jakarta, Iranian Corner ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Bahkan, di Jogjakarta yang dikenal sebagai kota pelajar malah punya tiga sekaligus, yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Bisa dibayangkan, Yogyakarta, satu kota saja ada tiga Iranian Corner; yang satu UIN, yang dua Muhammadiyah. Di Malang juga ada di Universitas Muhammadiyah Malang.
Syiah berkembang di negeri ini setelah berdiri lembaga pusat kebudayaan Republik Iran, ICC (Islamic Cultural Center) -- sejak 2003 -- di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan. Dari ICC itulah didirikannya Iranian Corner di 12 tempat tersebut, bahkan ada orang-orang yang aktif mengajar di ICC itu.
Dii antara tokoh yang mengajar di ICC itu adalah kakak beradik: Umar Shihab ( salah seorang Ketua MUI -Majelis Ulama Indonesia Pusat) dan Prof Quraish Shihab (mantan Menteri Agama), Dr Jalaluddin Rakhmat, Haidar Bagir dan O. Hashem. Begitu juga sejumlah keturunan alawiyin atau habaib, seperti Agus Abu Bakar al-Habsyi dan Hasan Daliel al-Idrus.
Syi’ah juga merekrut para pemuda untuk diberi beasiswa untuk dibelajarkan ke Iran. Kini diperkirakan ada 7.000-an mahasiswa Indonesia yang dibelajarkan di Iran untuk dicuci otaknya agar menjadi pendukung Syiah, disamping sudah ada ribuan yang sudah pulang ke Indonesia dengan mengadakan pengajian ataupun mendirikan yayasan dan sebagainya. Sekembalinya ke tanah air, para lulusan Iran ini aktif menyebarkan faham Syi’ah dengan membuka majelis taklim, yayasan, sekolah, hingga pesantren.
 Kabar ini pernah dikemukakan oleh salah seorang anggota DPR Komisi VIII ketika itu, Ali Maschan Musa. “Saya tahun 2007 ke Iran dan bertemu dengan beberapa anak-anak Indonesia di sana yang belajar Syiah. Mereka nanti minta di Indonesia punya masjid sendiri,” kata Ali
Kabarnya, ada banyak ulama NU dan Muhammadiyah yang juga diajak ke Iran, baik dalam rangka memperkenalkan Syiah, atau pun sekedar wara-wiri ke negeri yang dulu dikenal dengan sebutan Persia itu.  Ini berarti dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan diramaikan oleh paham Syi`ah. Karena dalam hitungan 4-5 tahun ke depan, tentu mereka akan kembali ke Indonesia dengan membawa paham yang bertentangan dengan paham umat Islam di Indonesia yang notabene ahli sunnah wal jamaah.
Bentuk pelanggaran kaum Syiah lainnya adalah adanya pengikut Syi’ah yang terang-terangan mengucapkan penistaan terhadap sahabat Abu Bakar, Umar dan ‘Aisyah istri Rasulullah SAW. Bahkan penistaan blak-blakan ditulis aktivis Syi’ah di jejaring sosial. Tentu saja, ini membuat resah sejumlah kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah di Pasuruan, Jember dan Bondowoso, Jawa Timur.
Kholili Hasib, Alumni Program Pasca Sarjana Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor Ponorogo yang menulis dalam sebuah situs membongkar surat rahasia dari seorang di Iran tentang strategi penyebaran Syiah di tengah mayoritas Sunni di Indonesia. Surat itu berisi tentang keberhasilan propagandis Syiah menebarkan pengaruhnya di Tanah Air. Berikut sebagaian isi surat tersebut: “Saya telah berhasil merangkul sejumlah ulama mereka yang lumayan banyaknya, sehingga mereka memahami jutaan madzhab Ahlul Bait atas lainnya. Saya anggap ini sebagai kemajuan dalam langkah-langkah perjuangan kita”.
Surat ini sempat menjadi berita heboh di Pasuruan dan membuka mata sejumlah orang. Banyak yang kemudian menyadari, bahwa selama ini akidah Syi’ah diajarkan secara sembunyi-sembunyi. Beberapa ulama’ kemudian tertarik untuk mempelajari kitab-kitab rujukan Syi’ah yang asli, terutama kitab al-Kafi. Dari pendekatan pustaka ini banyak yang sudah mengenal apa dan bagaimana Syi’ah di Indonesia. (Desastian/dbs)



PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.
:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

ketika Tokoh syiah Mengungkapkan Rahasianya


Sekitar pertengahan tahun 2006 saya 'bertaqiyyah' sebagai pemuda Syi'ah. Tujuan saya, melakukan penelitian lapangan. Kawan-kawan dan Ibu saya sempat protes, kenapa harus pura-pura jadi Syi'ah untuk investigasi di lembaga Syiah?
"Memaksa Syiah untuk membuka diri itu tidak mudah, biasanya sesama orang syiahnya mereka bisa terbuka", jawab saya pada mereka. "Sudahlah jangan khawatir, di belakang saya ada yg membimbing," jelas saya pada Ibu yang sempat melarang saya untuk melakukan kegiatan ini.
Saya pun bergerak ke sebuah Yayasan "Y" milik Syiah yang terkenal kota B di Jawa Timur. Untuk jaga-jaga, saya tidak membawa KTP, tapi KTM (kartu tanda mahasiswa). Sebab jika menunjukkan KTP, khawatir 'intel-intel' Syiah mengecek ke rumah. Saya memperpenalkan diri sebagai mahasiswa yang ingin belajar Syiah.
Tidak perlu banyak 'ngoceh' ternyata untuk meyakinkan satpam dan beberapa santri senior di yayasan tersebut bahwa saya mahasiswa yang sedang belajar jadi Syiah. Saya tidak berani menyebutkan tentang kitab al-Kafi, sebab kitab ini pada waktu itu konon tidak umum di kalangan Syiah awam, alias Syiah ikut-ikutan.
Bisa curiga mereka bila saya bercerita bahwa saya punya kitab tersebut. Namun sekrang kitab itu bukan menjadi rahasia lagi, kalangan Sunni (baca: muslim) sudah banyak yang mengoleksi.
Setelah mengutarakan niat, saya dibawa oleh petugas keturunan Arab ke perpustakaan yang terletak di lantai dua masjid tersebut. Ratusan buku-buku Syiah berderet di rak. Saya amati kebanyakan diterbitkan di Iran. Kitab-kitab Ahlus sunnah juga menghiasi rak-rak buku perpustakaan tersebut.
Ketika saya menyatakan ingin meminjam atau mengkopi beberapa kitab, si petugas yang berwajah arab itu melarangnya. Ia pun menghadiahi beberapa buku propaganda berbahasa Indonesia. Saya terima saja, meski beberapa di antaranya saya sudah memilikinya.
Di perpustakaan itu saya dibawa kesebuah ruangan kecil berukuran sekitar 3x4 meter. Di situ sudah menunggu pemuda-pemuda Syiah berwajah Arab. Saya diperkenalkan, dirangkul disambut dengan hangat. Beberapa kali saya meresponnya dengan berbahasa Arab, sekedar untuk mengakrabkan diri.
Dari perkenalan itu, saya mengetahui bahwa mereka adalah mahasiswa sebuah perguruan tinggi milik Syiah di Depok. Setelah tukar no HP, kami berdiskusi tentang ahlul bayt, imam Ali dan sebagainya. Ternyata mereka tidak curiga, saya direkomendasikan untuk mengikuti kelompok diskusi mahasiswa Syiah di kota M. Setelah tiga puluh menit, saya diantar menemui ketua yayasan di kantornya.
Berwajah Arab, memakai gamis putih, berjenggot tipis, perawakan tidak terlalu tinggi, pelit tertawa atau tersenyum dan sorot mata tajam. Itulah kesan pertama bertemu AU, si pemimpin yayasan. Orang ini terkenal di kalangan Syiah, bahkan disegani pengikut syiah di Indonesia.
Saya sempat khawatir kehadiran saya dicurigai oleh AU. Ternyata kekhawatiran saya buyar, ketika dia tiba-tiba to the point bicara syiah di Indonesia. Saya sempat terkejut. Sebab, tidak mudah si AU ini blak-blakan pada orang lain yang baru dikenal.
Secara diam-diam, saya mulai menyalakan perekam yang saya letakkan di dalam tas ransel. Ini kesempatan bagus! Pikirku saat itu. Pertama-tama saya bertanya buku-buku apa saja yang sudah ia tulis. Ia menyebutkan beberapa. Yang paling saya tunggu-tunggu telah tiba. “Saya telah menulis naskah buku tentang kepalsuan al-Qur’an yang ada di tangan kaum muslimin, hanya belum diterbitkan bahkan beberapa kawan melarang saya untuk menerbitkan,” bebernya secara jujur.
Betapa gembiranya saya jika mendapatkan naskah itu. Namun sayang, saya gagal merayunya untuk mengkopi naskah sesat itu. Oke, tidak apa-apa, yang penting saya dapat informasi dia menulis buku kepalsuan al-Qur’an.
“Kenapa kawan-kawan ustadz melarang buku itu diterbitkan,” selidik saya. Ia menjawab, ”Akan memicu pertikaian di kota ini, jika saya menerbitkannya dan diketahui oleh Sunni”.
Informasi berharga lainnya adalah dia membeberkan tentang rencana merusak ormas NU dan Muhammadiyah. “Tunggu saja, saya sudah memiliki orang-orang di NU dan Muhammadiyah yang mengobrak-abrik ormas itu secara diam-diam.”
Ketika saya tanya siapa orang-orang Syiah yang ada di ormas tersebut. Dia menolak menyebutkan nama. Yang jelas, orang-orang ini adalah orang penting di organisasi. Kata dia, kyai-kyai Sunni itu bodoh. Sebab, tidak tahu orang Syiah yang ia tanam di ormas justru jadi kepercayaannya.
Cara merusaknya dengan membuat kebijakan-kebijakan yang menguntungkan Syiah. Mengadakan kerjasama dengan pemerintah Iran. Dan menciptakan konfilk di tubuh ormas itu. Konon pemerintah Iran menggelontorkan 1/5 penghasilan pajak untuk 'dakwah' di Indonesia.
Selama satu jam lebih saya di ruangan kantornya. Saya cukup beruntung, waktu itu hanya ada saya dan dia di kantor tersebut. Saya memang tidak berhasil membawa beberapa buku di yayasan Y.
Tapi informasi yang terakhir ini sudah cukup bagi saya. Sempat terbesit niat untuk ‘mencuri’ sebuah buku dan kaset di kantor, ketika si AU ke kamar mandi sebentar. Akan tetapi saya bingung bagaimana caranya. Karena baru pertama di situ, saya simpan niat ‘mencuri' itu, khawatir kedatangan berikutnya saya dicurigai.
Setahun setelah saya penelitian, terjadi demo besar-besaran di kota B menentang Syiah. Saya tidak tahu apa yayasan Y mengetahui identitas saya apa tidak. Yang jelas beberapa bulan pasca demo, saya datang lagi. Dan saya tidak ditemui siapa-siapa.
Saya dibiarkan menunggu di ruang satpam tanpa ditemui, dan diajak ngobrol orang-orang di situ. Satpam pun memasang sikap berdiam diri. Saya utarakan untuk bertemu ustadz AU, tapi semua orang tidak menjawab. Tanpa berpikir panjang, saya pun lari dari situ naik angkot menuju rumah. Alhamdulillah selamat. [Zahir Nawwab/email ada pada redaksi/erm].

PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.
:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

Selasa, 24 Januari 2012

AKSI SOLIDARITAS DI POLRES SIDRAP


Yakusa@@@
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta kedamaian dan selalu dituntut taat pada undang-undang dalam menyelesaikan persoalan dengan cara yang benar.begitu juga berbagai persoalan tentunya tanggung jawab kita bersama selaku warga negara dalam menyelesaisaikan namun tetap pada tanggung jawab instansi secara propesional,dalam hal ini partisipasi dan dukungan berbagai pihak yang berwenang demi menjaga nama baik pemerintahan .dengan harapan perlindungan dan pengamanan serta kepedulian kepada sesama tetap terjalin dan terjaga.meskipun disisi lain,suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa seringnya terjadi berbagai gejolak ditengah masyarakat.
Masalah keamanan dalam kesatuan republik indonesia merupakan tanggung jawab institusi penegak hukum,,pihak hukum harusnyabersifat adil dan profesional dalam menjalankan tugasnya.melihat terlalu banyaknya kasus yang terjadi mulai dari kasus kecil sampai kasus besar dalam penanganannya masih belum memuaskan warga di berbagai penjuru masyarakat,ada banyak maslahbangsa ini yang menunggu keseriusan pihak kepolisian untuk diungkap.hingga hari ini,kepolisian terkesan hanya tebang pilih dalam menyelesaikan kasus.Bahkan sering didapati perilaku yang melenceng dari tugasnya yakni mengayomi dan melindungi masyarakat.
Keseriusan tersebut sangat ditunggu masyarakat indonesia secara umum dan sidrap secara khusus.di kabupaten sidrap sendiri ada banyak kasus yang harus diselesaikan pihak kepolisian yang ada disidrap,salah satu di antaranya kasus pelecehan seksual yang menimpa yang menimpa salah satu pelajar di Kabupaten Sidrap yang nota benenya anak ini masih dibawah umur,ini merupakan tamparan buat kami kaum yang terdidik.
Jadi dalam Momentum ini SOLIDARITAS MASYARAKAT MAHASISWA PELAJAR SIDRAP ini mendatangi Polres Sidrap  yang bejumlah kurang lebih 200 orang untuk mempertnyakan kasus-kasus di mana pihak kepolisian lambang menangani kasus tersebut,Adapun OKP yang tergabung dalam Aksi solidaritas ini yakni HMI CABANG SIDRAP,IMM CAB SIDRAP,IMDI SIDRAP,IPM SIDRAP,IPMI SIDRAP PUSAT,BEM STISIP MUHAMMADIYAH SIDRAP ,PELAJAR & ELEMEN MASYARAKAT.
Adapun tuntutan kami dari Solidraritas Masyarakat,Mahasiswa,pelajar sidrap yaitu:
  1. Mendesak kepada Kapolres untuk menindak lanjuti lebih serius kasus yang menimpa remaja yang masih duduk dibangku SMA tersebut
  2. Mendesak kepada Kapolres untuk menindak lanjuti kasus pembunuhan tahanan Rutan sidrap yang kami duga ada kejanggalan dalam penanganan kasus tersebut.
  3. Meminta penjalasan kepada Kapolres mengenai kasus tahanan pemerkosaan yang melarikan diri dari tahanan Polsek Baranti.
  4. Meminta juga penjelasan kepada Kapolres terhadap kinerja Polisiterhadap kasus Narkoba yang dimana Sidrap merupakan Kabupaten Pengedar & pengguna terbanyak di Sul Sel
  5. Meminta juga kejelasan kinerja Polisi yang tidak berdaya menghadapi kasus-kasus penipuan ( sowbis) yang kerap sekali polisi gencar melakukan penangkapan tapi sampai detik ini satupun berkas yang masuk ke Kajari sidrap yang berkaitan dengan modus tersebut.
  6. Meminta pula kejelasan polisi terhadap penangkapan & penanganan kasus anak dibawah umur yang menurut kami tidak lagi mendidik.


PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.
:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

Senin, 16 Januari 2012

NDP Lama vs NDP Baru; Benarkah Tak Bisa Dipertemukan?


Perdebatan dalam tubuh HmI terkait dengan penggunaan dua versi NDP (NDP lama versi kongres malang tahun 1969 dan NDP beru versi kongres Makassar tahun 2006) dalam pengkaderan hari ini semakin alot dan pelik. Jika tidak diselesaikan secepatnya, maka permasalahan ini akan menjadi semakin besar bahkan bukan tak mungkin akan menyebabkan perpecahan di tubuh HmI. Semua pihak yang masih peduli dan percaya pada kekuatan HmI tentu saja tidak mau peristiwa terpecahnya HmI menjadi HmI Dipo dan HmI MPO beberapa tahun silam terulang kembali.

Benarkah permasalahan adanya dualism versi NDP ini tak bisa diselesaikan? Mari kita mencoba melihat ke belakang, terkait latar belakang penyusunan dua versi NDP ini. NDP yang disusun oleh Nurkholish Madjid (mantan ketua umum PB HmI dua periode) berangkat dari kegalauan beliau akan tidak adanya konsep seragam yang baku dan representative untuk digunakan dalam semua pengkaderan HmI. Kegelisahan ini memuncak setelah Nurkholish Madjid (Cak Nur) melakukan kunjungan ke Amerika dan Negara-negara islam di timur tengah pada penghujung tahun 60-an. Dalam perjalanannya itu, Cak Nur melihat bahwa ajaran-ajaran dan praktek-praktek keberagamaan islam di seluruh penjuru dunia ternyata sangat beragam satu sama lain. Oleh karena itu, sepulangnya ke Indonesia Cak Nur merasa bahwa inti-inti ajaran agama islam yang harusnya menjadi dasar bagi seluruh gerak langkah umat islam perlu disarikan ke dalam sebuah format resmi agar bisa diajarkan secara sistematis dalam kegiatan-kegiatan pengkaderan HmI. Karena hal inilah, cak Nur hampir menamai NDP ini dengan nama Nilai-nilai dasar Islam, namun karena takut jika nantinya NDP ini di kemudian hari menjadi tafsir tungggal atas ajaran islam, maka Cak Nur menyebutnya sebagai Nilai dasar perjuangan saja.

Puluhan tahun setelah Nilai dasar perjuangan ini dipakemkan, seiring dengan perkembangan tantangan zaman, muncullah banyak keluhan dari hampir semua daerah di Indonesia bahwa banyak hal-hal baru yang tak mampu lagi dijawab oleh NDP lama ini. Di berbagai cabang, penafsiran kader dan metode penyampaian NDP sudah berbeda-beda, di Badko Jabar dan sekitarnya msialnya, dikenal adanya metode revolusi Kesadaran, di Badko Sulselrabar dikenal adanya dialog Kebenaran, dan berbagai metode penyampaian NDP lainnya. Di berbagai daerah juga muncul keluhan bahwa NDP lama sudah susah dimengerti oleh kader HmI.

Memang, jika kita lihat, usia NDP lama yang telah 40 tahun digunakan dalam kegiatan pengkaderan HmI merupakan usia yang telah cukup lama dan meniscayakan dibutuhkannya perbaikan dan rekonstruksi. Beberapa kader bahkan berkelakar bahwa NDP ini kadang-kadang diperlakukan seperti Al-Quran buruk: dibaca enggan karena tidak paham, tapi kalau dibuang juga takut kualat. Cak Nur sendiri juga pernah mengakui bahwa ekspektasinya sewaktu menyusun NDP pertama kali ialah bahwa NDP yang disusunnya itu bisa digunakan dalam waktu dua puluh tahun, sementara sekarang usia NDP sudah empat puluh tahun.

Jadi, pada dasarnya perbaikan dan rekonstruksi NDP memang merupakan hal yang rasional dan wajar dilakukan, apalagi bagi organisasi seperti HmI yang terkenal akan kultur intelektual dan dinamisnya. Namun letak masalahnya adalah sikap kekanak-kanakan kitadalam mempertahankan NDP yang kita gunakan masing-masing.
Jika saya perhatikan, letak penolakan orang-orang yang menggunakan NDP lama terhadap NDP baru disebabkan karena dua issu besar. Pertama, karena faktor legalitas proses penyusunannya yang tidak konstitusional dan yang kedua adalah karena isi materinya yang katanya lebih condong ke mazhab tertentu.

Factor legalitas ini banyak dipertanyakan karena keabsahan tim delapan yang merupakan penyususn resmi NDP baru tidak pernah disahkan secara resmi oleh PB, apalagi kemudian terungkap bahwa penyusunan NDP ini lebih banyak merupakan pemikiran tunggal Arianto Ahmad (seorang kader HmI dar cabang Makassar). Bagi saya penolakan NDP karena proses penyusunannya ini merupakan hal yang lucu. Harusnya, sebagai seorang kader HmI yang selalu mengaku mengedepankan rasionalitas dan berpikiran terbuka, permasalahan tentang abash atau tidaknya tim penyusun ini tak perlu dibesar-besarkan. Siapapun yang menyusun NDP ini selama sesuai dengan rasionalitas dan Alquran/sunnah maka ia wajib diterima. Tak peduli mau ditulis oleh tukang becak, sopirpete-pete, ataupun seorang professor selama ia sesuai dengan kebenaran maka wajib hukumnya kita terima.

Penolakan terhadap NDP baru karena terlihat lebih condong ke mazhab pemikiran tertentu dalam islam pun sebenarnya sangat aneh, karena sepanjang yang saya tahu NDP tak pernah berbicara tentang mazhab. Perbedaan mazhab adalah perbedaan tafsiran manusia di wilayah syariat, sedangkan NDP tak membahas tentang syariat. Kalaupun beberapa pemikiran dalam NDP baru, serta penyusun-penyusunnya dikatakan lebih dekat dengan mazhab-mazhab tertentu dalam islam, bukankah kita selama ini meyakini bahwa pendapat dari mazhab apapun, selama tidak bertentangan dengan rasionalitas dan Alquran/Sunnah maka wajib kita terima? Cak Nur sendiri, orang yang menyusun NDP lama, di masa hidupnya banyak ditolak pemikirannya karena dituduh berpikiran sekuler dan kebarat-baratan. Toh tuduhan itu tidak menjadikan kita menolak sosok Cak Nur dan pemikiran-pemikirannya.

Lalu benarkah NDP ini tak bisa dipertemukan. Jawabannya, iya, jika masih tetap mempertahankan sikap arogansi intelektual kita, jika semua orang masih merasa terlalu hebat dan pintar untuk menurunkan ego.

Pada dasarnya, perbedaaan antara NDP lama serta NDP baru terletak dalam sistematika penyusunan dan pendekatannya dalam menemukan kebenaran. konten-konten materi teologis (yang terdiri dari bab I hingga bab IV) dalam NDP baru banyak dipengaruhi oleh cara berpikir metafisika islam yang dikembangkan oleh pemikir-pemikir islam kontemporer, beberapa di antara pemikir-pemikir tersebut seperti Muhammad Baqir Al Shadr dan Mulla Shadra (yang banyak terlihat dalam bagian-bagian teologis NDP baru) serta Ali syariati (yang banyak dijadikan referensi pemikiran dalam aspek sosiologis NDP baru). Karena pentingnya pemahaman metafisika Islam dalam bagian teologis NDP baru, makanya dalam NDP baru ditambahkan bab logika dan kerangka berpikir.

Dalam NDP baru, diajarkan bahwa keyakinan mestilah bersumber dari pengetahuan yang rasional. Karena itu dalam bab-bab awal NDP baru diajarkan bagaimana menemukan kebenaran rasional hingga sampai pada pembuktian kebenaran ajaran Islam. Sedangkan dalam NDP lama sendiri, tidaklah banyak membahas tentang metode rasional dalam membuktikan kebenaran ajaran Islam, tapi hanya menyarikan inti ajaran-ajarannya saja. Sedangkan pada wilayah Antropo-sosiologis (bab V sampai bab VIII), NDP lama tidak banayk berbeda dengan NDP baru.

Menemukan titik temu dalam materi NDP ini sebenarnya bukanlah hal yang sulit jika semua kader mulai dari tingkatan komisariat hingga tingkatan PB mau berniat baik menurunkan ego demi perbaikan HmI ke depan. Perdebatan tentang NDP ini jika dibiarkan berlarut-larut justru akan menimbulkan perpecahan di internalHmI dan tentu saja yang akan menjadi korban adalah adik-adik di bawah. Bukankah tantangan hari ini semakin berat dan rumit, yang membutuhkan waktu dan tenaga kita? jika kita masih saja terus berdebat di wilayah NDP ini, maka kita akan dilindas oleh perubahan zaman.

PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.
:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

PENGANTAR NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN HMI


Oleh Muhammad Julijanto
(Mantan Ketua Umum HMI Komisariat Walisongo 1995-1996, Mantan Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Wonogiri 2003-2008, Sekretaris LBH Perisai Kebenaran Wonogiri, Sekretaris Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI) Dewan Pimpinan Cabang Surakarta, Sekretaris Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) IAIN Surakarta, Dosen IAIN Surakarta.)
Tujuan:
1. Peserta memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP/NIK dalam organisasi.
2. Peserta memahami garis besar materi NIK/NDP
Pokok Bahasan dan Sub:
1. Sejarah Perumusan NDP dan Kedudukan NDP dalam organisasi HMI.
a. Sejarah Lahirnya Perumusan NDP/NIK
b. Sebagai Kerangka Global Pemahaman Islam dalam Konteks organisasi HMI.
c. Hubungan Antara NDP/NIK dan Mission HMI.

2. Garis Besar Materi NDP

a. Hakekat Kehidupan
1. Analisa Kebutuhan Manusia
2. Mencari Kebenaran sebagai Kebutuhan dasar Manusia
3. Islam sebagai Sumber Kebenaran
bHakekat Kebenaran
1. Konsep Tauhid dan La Ilaha Illa Allah
2. Eksistensi dan Sifat-Sifat Allah.
3. Rukun Iman sebagai Cara Mencari kebenaran
c. Hakekat Penciptaan Alam Semesta
1. Eksistensi Alam
2. Fungsi dan Tujuan Pencaiptaan Alam
d. Hakekat Penciptaan Manusia
1. Eksistensi Manusia dan Kedudukannya di Antara Makhluk Lainnya
2. Manusia sebagai Hamba Allah Swt
3. Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi
4. Fitrah, Kebenaran dan Tanggung Jawab Manusia
e. Hakekat Masyarakat
1. Perlunya Menegakkan Keadilan dalam Masyarakat
2. Hubungan Keadilan dan Kemerdekaan Manusia
3. Hubungan Keadilan dan Kemakmuran
4. kepemimpinan Untuk Mengakkan Keadilan
f. Hakekat Ilmu
1. Ilmu sebagai Jalan Mencari Kebenaran
2. Jenis-Jenis Ilmu
3. Hubungan Iman, Ilmu dan Amal.
1. Definisi
Nilai adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia atau masyarakat tentang baik buruknya sesuatu atau tentang benar salahnya sesuatu.
Dasar Perjuangan adalah sesuatu yang sangat mendasar yang harus diperjuangkan dalam kehidupan seorang kader selama hayat masih di kandung badan.
Identitas adalah kedirian. Identitas: ciri-ciri, tanda-tanda, jatidiri. Sifat khas yg menerangkan dan sesuai dg kesadaran diri pribadi sendiri, golongan, komunitas atau negara sendiri. Sesuatu yang membedakan dari yang lain. Mengapa tidak diberi nama identitas Islam?.
Kader yaitu sekelompok orang yang terus-menerus berproses dan menjadi bagian dari lingkungan yang lebih besar (Himpunan Mahasiswa Islam).
Nilai-Nilai Identiats Kader (NIK) atau Nilai Dasar Perjuangan (NDP) merupakan wcana atau cara pandangan HMI tentang islam (Hasil Konggres).
2. Sejarah
Dr. GM Travel sejarawan terkenal mengatakan :” sejarah adalah rahasia yang belum dapat dipecahkan. Namun sejarah adalah kenyataan yang kuat, sejarah bersifat ketuhanan dan kesetonan. Sejarah itu ditulis untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang terjadi pada masa lampau dari berbagai sudut.
Sejarah adalah dasar pendidikan modern, yang merupakan sekolah terbaik bagi setiap orang. Sejarah yang ditulis dengan baik, obyeketif serta tidak berat sebelah akan menghasilkan banyak kebaikan pula (Soerajo, Soegiarso,1988: XV).
Dalam mengkaji sejarah Komaruddin Hidayat mengingatkan metode double movement dalam mengkaji sejarah yaitu melakukan perjalanan intelektual ke masa lalu menelusuri dan memasuki bilik-bilik peristiwa historis dan kemudian kembali ke masa kini dengan fakta dan pemaknaan yang mengacu ke depan.
Sebagai suatu peristiwa sejarah adalah milik masa lalu dan tak akan kembali lagi. Sebuah peristiwa hanya sekali terjadi dan kemudian kembali menghilang untuk selamanya.
Tetapi Gadamer dan Fazlur Rahman melihat sejarah adalah sebuah rangkaian peristiwa dan pemaknaan yang tak pernah terputus, karena pemaknaan sejarah selalu mengacu ke depan meskipun dilakukan hari ini sehingga sesungguhnya sulit menciptakan jarak antara masa lalu, kini dan esok. Dulu dan esok keduanya dipertemukan oleh pemaknaan hari ini oleh subyek pelaku dan penafsir sejarah itu sendiri. (Komaruddin Hidayat, 1996: 196).
Bahwa dalam terminologi sejarah, sering kita mendefiniskan sejarah sebagai sesuatu yang terjadi, yaitu peristiwa yang telah terjadi. Dan ini sudah menjadi pengertian yang lazim oleh berbagai kalangan, baik intelektual, ilmuwan, maupun politisi.
Tetapi berbeda dengan konsepsi bahwa agamawan khususnya dalam hal ini adalah umat Islam. Pengertian sejarah tidak hanya terletak pada sesuatu yang telah terjadi saja, namun sesuatu yang akan terjadi juga sejarah, artinya tidak mendahului takdir. Persoalannya adalah ajaran agama yang dalam hal ini berangkat dari masa depan untuk masa kini. Kebenaran ajaran agama dalam realitas kehidupan yang berangkat dari pemahaman dan pengamalan nilai-nilai ajaran yang terkandung di dalamnya.
Tahun 1959-1969 disebut kepribadian HMI. Penyusun Yusuf Syakir, Mar’i Muhammad dan lain-lain.
Tahun 1969-1986 disebut NIK Nilai-Nilai Identitas Kader atau Nilai Dasar Perjuangan ditetapkan dalam Kongres IX HMI tahun 1969 di Malang penyusun Sakib Mahmud, Endang Saefudin Anshori, dan Nurcholish Madjid.
Tahun 1986-tahun 2005 NIK ditetapkan dalam Kongres XVI tahun 1986 di Padang (Isi tetap NDP).
Tahun 2004 – sekarang kongres HMI di Makasar ditetapkan menjadi NDP dengan isi tetap.
Latar belakang dirumuskannya NDP dari internal antara lain: kesadaran tentang perlunya wacana keislaman, kebutuhan teologis. Dari sisi eksternal umat Islam antara lain: pergumulan teologis pasca transisi nasional, sebagai identitas.
3. Kata-kata Kunci dalam NDP HMI
Tuhan, Tauhid, Allah Swt. Nabi dan Rasul, Wahyu, Akal
Tujuan Hidup, agama,
Orentasi yang akan dituju, kebenaran, pencipta.
Takdir, ikhtiar, fitrah, hanief, dlamier, hati nurani, materialisme, politeisme, atheisme, kepercayaan, nilai-nilai universal
Keadilan, kemerdekaan, kemakmuran, kepemimpinan, khlaifah fil ardh.
Hakikat iman, ilmu, amal
Kemanusiaan, sosial, politik, budaya, peradaban, ekonomi,
Manusia, masyarakat, alam.
4. Kesiapan mental untuk mendalami NDP
Netral, obyektif, dinamis, istiqamah, komitmen dalam kebenaran.
Obyektif adalah keyakinan mengenai benarnya. Sikap obyektif. Nampak bahwa keyakinan, kebenaran dan sikap itu subyektif. Karena itu adalah suatu kepastian bahwa obyektifitas itu subyektif. Obyektivitas bukan lawan subyektivitas melainkan pasangan.
5. Kajian NIK/NDP di dalamnya sangat filosofis dank arena merupakan metodologi, maka dalam mempelajarinya harus dilandasi semangat keterbukaan, kejujuran dan dinamis. Terbuka tidak saja mau berdialog dengannya tetapi juga mau melepas dahulu segala cara menyakini Al Qur’an yang telah dimiliki. Jujur berarti harus mau mengakui dan menerima kebenaran apabila potensi kesadarnnya telah dapat menerima dan mengakui. Dinamis, di dalam mempelajari NIK/NDP berarti mencari kebenaran. Di sini menuntut proses yang terus menerus karena kebanaran yang kita temukan itu sebenarnya hanya sementara.
6. Setelah NIK/NDP dipahami oleh seseorang dan diterima sebagai cara meyakini (berkeyakinan), maka akan ditemukan nilai-nilai. Bagi HMI nilai-nilai yang ditemukan dengan metode NIK (Nilai-nilai Islam) inilah yang selalu diperjuangkan sebagai misinya. Sehingga mission HMI akan selalu merujuk kepada Nilai-Nilai Kader ini.
7. Manusia di dalam kehidupannya, agar dapat mempertahankan hidupnya secara layak harus memenuhi syarat-syarat kehidupan tertentu. Syarat-syarat itu yang kemudian menjadi kebutuhan manusia sehari-hari (bahkan setiap aat). Kebutuhan manusia itu antara lain makan, sandang, papan, rasa aman, kepercayaan, kebutuhan untuk beraktualisasi diri dan sebagainya.
8. Manusia membutuhkan kepercayaan karena dalam kehidupannya manusia pasti membutuhkan sesuatu untuk keperluan hidupnya. Sedangkan untuk melakukan sesuatu itu diperlukan kepastian, tidak mungkin keraguan. Jadi sikap ragu yang sempurna itu tidak mungkin terjadi. Hidup yang nyata/sempurna/sejati menjadi dambaan setiap orang. Atau dengan kata lain setiap orang ingin hidup yang sebanar-benarnya (menurut kebenaran). Hubungan kesadaran manusia dengan kesadaran ini kemudian melahirkan kepercayaan. Kepercayaan itu lalu merupakan kebenaran dan harus dengan cara yang benar.
9. Dengan kepercayaan itu berarti manusia mencari/mendambakan kebenaran itu. Karena itu manusia menjadikan kebenaran (mutlak) sebagai tujuan hidupnya. Dia mengabdi, tunduk dan pasrah serta menjadikan satu-satunya sumber nilai terhadap kebenaran mutlak tersebut. Padahal dalam perbedaan kultur dan bahasa kebenaran mutlak itu disebut “ALLAH”. Jadi manusia harus tunduk dan pasrah kepada Allah itu. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam. Oleh karena itu jalan hidup yang benar adalah Islam (tunduk dan pasrah).
10. Jadi Tuhan Allah itu ada dan mutlak. Dia adalah yang awal dan yang akhir. Asal sekaligus tujuan. Untuk mengatahui keberannya dapat dengan apapun. Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka Tuhan memberitakan dirinya lewat “wahyu”. Wahyu itu merupakan informasi Tuhan kepada manusia tentang segala sesuatu. Tuhan menciptakan alam raya ini beserta manusia. Manusia merupakan puncak ciptaan Tuhan berposisi sebagai ”khalifah” di bumi. Maka manusia harus dapat memelihara alam ini sebaik baiknya, yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan (kebenaran mutlak). Aktivitas manusia di dunia ini merupakan proses pencarian kebenaran itu sendiri (mempertuhankan Tuhan). Inilah yang disebut ”tauhid’. Lawannya ”syirik”.
11. Alam ini diciptakan oleh Tuhan dengan hukum yang pasti, tidak main-main. Jadi alam ini nyata dan obyektif. Untuk memperoleh kebenaran (sejauh mungkin) maka manusia harus mengetahui pengetahuan tentang ini seluruhnya (yang mana tidak mungkin). Padahal manusia hanyalah mungkin mengetahui sebagian saja (karena kenisbiannya). Proses yang terjadi di alam ini (sejarah) senantiasa tunduk pada hukum-hukum Allah atas alam (sunnatullah). Maka dari itu segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah karsa dan cipta Tuhan.
12. Sendangkan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna mempunyai tugas sebagai pengelola bumi dengan beramal secara konkrit. Beramal inilah yang disebut menyejarah. Hal ini adalah keniscayaan karena dunia ini adalah sejarah belaka. Maka jika manusia tidak menyejarah berarti mati. Menyejarah berarti kreatif, dinamis dan selalu tunduk pada nilai-nilai kebenaran. Di dalam diri manusia sebenarnya terdapat ”fitrah” yang selalu ”hanief”, tetapi juga terdapat “nafsu” yang cenderung jahat. Perjuangan menusia untuk mencapai derajat (harkat) kemanusiannya tidak lain adalah menjadikan fitrahnya yang hanief ini memimpin nafsunya. Sehingga yang terjadi adalah memilihara bumi dan bukan merusak bumi.
13. Hidup menurut fitrahnya atau beramal sesuai dengan nuraninya yang hanief disebut ikhlas. Keikhlasan tak mungkin ada tanpa adanya kemerdekaan. Karena dengan kemerdekaan itu segala amal dipilih dan dilakukan sejalan dengan kehendak hati nuraninya. Tetapi kemerdekaan itu hanya akan berlaku total dalam konteks individu. Dalam konteks Islam ataupun masyarakat, kemerdekaan akan terbatas. Keterbatasan itu disebabkan oleh hukum-hukum Tuhan (sunnatullah yang menguasai setiap materi dan kemerdekaan dari individu yang lain menjadi pembatas dari individu tersebut).
14. Suatu kenyataan bahwa manusia hidup di dalam masyarakat. Ini berarti kemerdekaan manusia menjadi terbatas. Jika dalam masyarakat kemerdekaan tak terbatas, maka yang terjadi adalah ”anakhis” (kekacauan). Disamping itu kemerdekaan yang tak terbatas akan dapat mengakibatkan perbudakan satu sama lain karena siapa yang kuat akan menguasai yang lemah. Hal ini jelas bertentangan dengan keadilan. Maka manusia harus menjalin hubungan dengan sesamanya agar dapat membuat sejarah ini dengan sebaik-baiknya.
15. Agar manusia dapat hidup secara teratur, maka manusia harus membentuk komunitas masyarakat dengan segala aturan untuk mengatur hubungan antar sesamanya. Aturan itu dibuat oleh mereka sendiri, dan untuk menjaga dan menjalankan aturan tersebut maka diperlukan sekelompok orang atau pihak yang disebut pemimpin. Oleh karena itu pemimpin haruslah dipilih oleh semua individu dalam masyarakat itu. Proses demikian disebut demokrasi. Adapun bentuk masyarakat terpenting, dalam sejarah ini adalah negara.
16. Hubungan manusia yang penting untuk diatur adalah hubungan dalam pemilikan atas asset ekonomi. Tanpa diatur sedemikian rupa maka siapa yang kuat akan menguasai sangat banyak, dan yang lemah menguasai sedikit sekali. Di sini terjadi kesenjangan ekonomi. Bahkan dapat terjadi penghisapan terhadap yang lemah. Ini merupakan kejahatan dalam bidang ekonomi, dimana di satu pihak menumpuk kapital, dan di pihak lain sangat kekurangan. Kejahatan ekonomi yang menyeluruh dilakukan oleh kapitalisme. Negara berkewajiban untuk mengatur pemerataan ekonomi ini seadil-adilnya.
17. Dari semua apa yang dilakukan di atas adalah dalam rangka membangun sejarah untuk mencari kebenaran dengan cara beramal. Tetapi agar amal ini dapat terarah, maka manusia perlu mempelajari hukum-hukum yang ada di alam maupun yang berlaku di dalam kehidupan sosial. Yakni dengan ilmu pengatahuan.

PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.
:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

Sejarah HMI


A. DEFINISI SEJARAH
Sejarah adalah pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau ummat manusia, mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati manusia.

B. LATAR BELAKANG SEJARAH BERDIRINYA HMI
Kalau ditinjau secara umum ada 4 (empat) permasalahan yang menjadi latar belakang sejarah berdirinya HMI.

Situasi Dunia Internasional
Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran menghinggapi kita.
Akibat dari keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan ini disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran Gerakan Pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur'an dan Hadist Rassullulah SAW.
Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pem-baharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.


Situasi NKRI
Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal :

Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
Missi dan Zending agama Kristiani.
Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.
Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.

Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia
Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia.

Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan
Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sistem yang diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang "mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia". Kedua : adanya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan Kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya "Krisis Keseimbangan" yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.

C. BERDIRINYA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

Latar Belakang Pemikiran
Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk ditingkat I. Tentang sosok Lafran Pane, dapat diceritakan secara garis besarnya antara lain bahwa Pemuda Lafran Pane lahir di Sipirok-Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Pemuda Lafran Pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalis-muslim pernah menganyam pendidikan di Pesantren, Ibtidaiyah, Wusta dan sekolah Muhammadiyah.

Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: "Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.

Peristiwa Bersejarah 5 Februari 1947
Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain mengatakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan"
Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan diantaranya antara lain:

Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Sementara tokoh-tokoh pemula / pendiri HMI antara lain : Lafran Pane (Yogya), Karnoto Zarkasyi (Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Maisaroh Hilal (Singapura), Suwali, Yusdi Ghozali (PII-Semarang), Mansyur, Siti Zainah (Palembang), M. Anwar (Malang), Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi (Malang), Baidron Hadi (Yogyakarta).

Faktor Pendukung Berdirinya HMI

Posisi dan arti kota Yogyakarta:
Yogyakarta sebagai Ibukota NKRI dan Kota Perjuangan
Pusat Gerakan Islam
Kota Universitas/ Kota Pelajar
Pusat Kebudayaan
Terletak di Central of Java.
Kebutuhan Penghayatan dan Keagamaan Mahasiswa
Adanya tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia
Adanya STI (Sekolah Tinggi Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi) Gajah Mada, STT (Sekolah Tinggi Teknik).
Adanya dukungan Presiden STI Prof. Abdul Kahar Muzakir
Ummat Islam Indonesia mayoritas
Faktor Penghambat Berdirinya HMI

Munculnya reaksi-reaksi dari :
Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY)
Gerakan Pemuda Islam (GPII)
Pelajar Islam Indonesia (PII)
Fase-Fase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia
Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947)
Sudah diterangkan diatas

Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November 1947)
Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh.

Fase Perjuangan Bersenjata (1947 - 1949)
Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun '64-'65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI.

Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963)
Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.

Fase Tantangan (1964 - 1965)
Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan, dsb.
Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang.

Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966 - 1968)
HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari'ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.

Fase Pembangunan (1969 - 1970)
Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen (meski hal ini perlu kajian lagi secara mendalam), maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang telah menjadi alumni meliputi diantaranya : 1) partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 2) partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran 3) partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan.

Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970 - sekarang )
Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari masing-masing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang terjadi pada tahun 1970 di mana secara relatif masalah- masalah intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara di sisi lain, persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema.

Billahittaufiq wal hidayah,
Wassalamualaikum war. wab.

http://www.pbhmi.com/

PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.
:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

HMI,Kehilangan Jargon Perkaderan Menuju Politik Praktis


Sebagai organisasi besar yang berdiri tahun 1947, HMI sepertinya telah kehilangan jargon organisasinya, yang seharusnya berlandaskan organisasi perkaderan menjadi organisasi pencetak gerbong politikus di Indonesia.
Ini tergambar dari hilangnya popularitas HMI di kampus dengan organisasi Underbow PKS seperti KAMMI dan LDK yang kian menjamur di seluruh pelosok kampus di Indonesia. Tak bisa dipungkiri bahwa anak-anak muda HMI saat ini telah kehilangan arah memajukan organisasi dan lebih mementingkan kepentingan segelintir elit politik. Kepengurusan dari tingkat komisariat sampai PB HMI seharusnya harus kembali bekerja fokus untuk kembali membuat HMI sebagai organisasi berbasis kampus dan mengembalikan perkaderan HMI ke khittah HMI.
Kehilangan arah dukungan juga terlihat dari lemahnya peran alumni HMI dan berwadah KAHMI untuk menyokong adik-adik HMI di Komisariat dan Cabang dalam menggerakkan urat nadi kehidupan HMI yaitu perkaderan HMI. Alumni HMI masih sibuk berpolitik dalam wadah KAHMI sebagai satu-satunya wadah penyaluran aspirasi politik alumni HMI. Adik-adik HMI harus mampu menggairahkan HMI, walaupun dukungan alumni HMI menipis dan kembali mengembalikan khittah HMI sebagai organisasi intelektual muslim.
Seperti disebutkan di depan bahwa organisasi HMI awalnya lahir dan besar di kampus-kampus utama. Awal lahirnya di Universitas Islam Indonesia tahun 1947, kemudian merambah ke universitas-universitas ternama seperti di Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta, ITB dan Unpad di Bandung, ITS dan Unair di Surabaya, Unversitas Indonesia dan IKIP di Jakarta, USU di Medan dan Unhas dan IKIP di Makasar dan seterusnya. Kini dengan sangat pesimistis meski penuh harap, HMI sudah kehilangan relevansi dan eksistensinya. Kekuasaannya di organisasi intra universitas seperti senat mahasiswa dan Badan Eksektutif Mahasiswa (BEM) menjadi marginal kalau tidak dianggap sebagai bagian minoritas. HMI kehilangan daya saingnya di lembaga kemahasiswaan di universitas. Hal ini sebabkan bukan hanya oleh lemahnya infrastruktur organisasi di tingkat komisariat fakultas dan korkom di tingkat universitas, akan tetapi sistem perkaderannya yang sudah ketinggalan kalau tidak ?usang? sama sekali. Sistem perkaderan yang hanya melahirkan jago ?debat? tapi kehilangan relevansinya dalam praktek kehidupan kemahasiswaan dan masa depan dunia.
Mengembalikan identitas perkaderan
Himpunan mahasiswa Islam (HMI) yang lahir dari rahim pergolakan revolusi fisik bangsa pada 14 Rabiul Awal 1366 Hijriah yang bertepatan dengan 5 Februari 1947 sesungguhnya didirikan dengan latar belakang semangat untuk mengimplementasikan nilai-nilai keislaman dalam konteks keindonesiaan. Keseriusan upaya untuk mentransformasikan implementasi nilai-nilai Islam keindonesiaan turut melatarbelakangi pilihan HMI sebagai cadre forming (organisasi kader). Berbeda dengan mass forming (organisasi massa) yang memokuskan geraknya pada proses perekrutan massa sebanyak-banyaknya tanpa kejelasan, keterukuran, dan jenjang pendidikan anggotanya, maka cadre forming cenderung berorientasi pada kualitas kader, bukan pada banyaknya kuantitas massa. Karena itu, klaim HMI sebagai organisasi kader meniscayakannya untuk melakukan proses perkaderan sebagai bukti tanggung jawabnya terhadap klaim yang dinyatakan.
Hidup atau matinya HMI sangat tergantung pada ada dan tidaknya proses perkaderan yang digelar. Tentu saja, arti perkaderan bukan perkederan. Sebab, perkaderan berarti usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis yang selaras dengan pedoman perkaderan HMI, sehingga memungkinkan seorang kader HMI mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang kader muslim, intelektual, dan profesional yang memiliki kualitas insan cita, sehingga melahirkan kader yang utuh, sementara pengkederan membuat kader jadi keder tanpa inisiasi yang mandiri. Perkaderan yang dijalankan HMI mesti menggunakan strategi pendekatan yang mampu menjawab kebutuhan seperti student reasoning (nalar mahasiswa) melalui wahana intellectual exercise (latihan intelektual), kebutuhan student interest (minat mahasiswa), dan kebutuhan student welfare (kesejahteraan mahasiswa).
Kemudian, kegiatan-kegiatan HMI harus dikembalikan pada basisnya di perguruan tinggi dan dinamika kehidupan kemahasiswa di kampus dan tantangan kehidupan pasca mahasiswa di tengah-tengah masyarakat. Tugas HMI-lah yang merelevansikan model-model kegiatan kemahasiswaan di kampus dan tantangan-tangan baru dalam kehidupan masyarakat. Dunia kerja dan tantangan pengelolaan sumber daya alam dan kemampuan sumber daya manusia menjadi bagian terpenting dalam kehidupan bansa saat ini. Seharusnya HMI dapat mendorong ke arah pengembangan kegiatan di kampus yakni merangsang tumbuhnya kreativitas dan innovasi atas kekayaan pengelolaan sumber daya alam Indonesia atau di lingkungan universitas di mana HMI berada.
Penulis adalah alumni HMI yang gelisah


PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.
:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

Reposisi HMI dalam Konteks Kekinian


Oleh: Eka Nada Shofa Alkhajar
Akbar Tanjung dan Nurcholish Madjid pernah mengatakan bahwa kiprah HMI dalam perjuangan sangat aktif, melebihi organisasi mahasiswa yang lain. Dimana HMI telah 50 tahun lebih menghadirkan dirinya di tengah-tengah masyarakat Indonesia sehingga keduanya pun mengatakan tidak berlebihan kalau dikatakan sejarah HMI adalah bagian logis dari sejarah bangsa Indonesia (dalam Ali, 1997; Madjid, 1990). HMI adalah organisasi besar, organisasi tertua di Indonesia, kaya pengalaman, pencetak para raksasa intelektual, banyak anggota dan alumni dan sebagainya. Meminjam ungkapan pengamat politik Fachry Ali (1996), pandangan-pandangan semacam ini seharusnya senantiasa dikritisi jikalau tidak menghendakinya menjadi sekedar mitos. Mitos berarti suatu bentuk kepercayaan berlebihan tetapi kosong tanpa isi. Hal yang diungkapkan Fachry Ali hendaknya dimaknai bersama oleh seluruh kader yang mengaku HMI sebagai upaya agar HMI dapat merenungkan kembali arah dan orientasinya dalam menghadapi persoalan-persoalan kontemporer dewasa ini. Untuk itu, HMI harus terlebih dahulu mengetahui dimana posisinya saat ini. Bahwa tanpa menyadari posisi HMI sekarang lewat refleksi sosiologis historis maka HMI hanya akan mengalami kegagalan dalam melihat kenyataan yang ada. HMI harus mampu mendeskripsikan lagi perjalanan organisasinya untuk dapat meningkatkan keunggulan komparatif sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya sekaligus eksis di tengah-tengah gerakan-gerakan sosial masyarakat yang sangat akseleratif. HMI telah dihujani berbagai macam kritikan mengenai sejauhmana peran eksistensinya saat ini di tengah zaman yang terus bergulir. Kritikan itu setidaknya penulis maknai bermuara pada tiga hal, pertama, macetnya proses reproduksi intelektual, kedua, menurunnya kritisisme (sosial responsibility) dan ketiga, terjadinya krisis nilai (Islam) dalam praktek empirik beroganisasi HMI. Oleh karena itu, dalam konteks ini HMI harus berupaya keras untuk merebut kembali tradisi intelektualisme sebagaimana telah diawali oleh Nurcholish Madjid, Dawam Rahardjo, Ahmad Wahib, Djohan Effendy, dkk sebagai sesuatu yang fadhu dengan menggerakkan proses reproduksi intelektual berupa para kader dan pengurusnya harus berprestasi di kampus dengan studi tepat waktu dan menghidupkan kembali kajian-kajian ilmiah, kemudian dengan modal intelektual tersebut kader HMI harus mampu mengambil peran populis di tengah-tengah dinamika kehidupan kemahasiswaan yang selama ini seakan hilang kekritisannya juga berperan dalam perubahan masyarakat dengan senantiasa memberikan manfaat serta berupaya memberikan kontribusi positif bagi memecahkan problematika keumatan yang ada.
Kader-kader HMI dituntut untuk memiliki pendidikan setinggi-tingginya, berwawasan luas, berpikir rasional, kritis dan objektif sekaligus bertanggung jawab atas terciptanya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT. Sehingga HMI tidak hanya sekedar \"tidur\" dan bersemedi di kantor-kantornya akan tetapi HMI bersama rakyat membangun peradaban yang kuat. Selanjutnya, para kader HMI harus senantiasa menginternalisasi dan mengoperasionalisasi spirit nilai ajaran Islam dalam segenap praktek berorganisasinya. Bagaimana bisa HMI mengaku Islam jika dalam praktek kesehariannya ada yang meninggalkan shalat atau bahkan tidak shalat, padahal shalat sebagai salah satu kewajiban seorang muslim? Jika HMI tidak segera berubah maka HMI lambat laun akan semakin tersingkir dari dinamika perubahan yang kompleks dimana HMI akan menjadi organisasi yang hanya mampu bertahan di pinggiran (pherifery) di tengah kondisi masyarakat yang terus berkembang dan mengalami perubahan. Dalam arti ber-HMI secara kontekstual zaman sekarang. Kader-kader HMI saat ini dituntut untuk tidak hanya menggantungkan eksistensinya pada kebesaran seniornya, berlindung di balik jubah keagungan sejarah HMI yang tidak dibuatnya namun ia terus asyik memparasitkan diri menghisap keberkahan darinya. Jika tidak, maka benar inilah potret kader HMI yang kehilangan kritisismenya, tuli terhadap memory of future (cita-cita masa depan) dan mengambil sikap resist to change (menolak perubahan).
Dalam konteks ini, almarhum Nurcholish Madjid pernah memberikan peringatan keras menjelang Kongres ke-23 HMI di Balikpapan tahun 2002. Dengan mengatakan bahwa apabila HMI tidak dapat melakukan perubahan, lebih baik membubarkan diri saja karena beliau melihat bahwa relevansi HMI bagi masa kini dan apalagi masa depan sudah jauh berkurang, kalaupun bukannya tidak ada lagi. HMI tidak lagi menjadi elemen penggerak kemajuan melainkan kekuatan status quo dan bahkan sebaliknya menggerakkan pada suatu kemunduran. Peringatan ini selayaknya dijadikan shock therapy bagi setiap kader HMI, dengan harapan, HMI mampu melakukan perubahan terhadap dirinya.
Dari sini diharapkan muncul semangat juang kader untuk mengembalikan HMI pada perannya sebagai organisasi perjuangan dan fungsinya sebagai organisasi kader yang dijalankan semestinya. Mengingat kondisi HMI kekinian yang semakin menua dengan tantangan yang tentu semakin berat.
Jadi, walaupun berbeda setting waktu dan situasi ketika HMI lahir 5 Februari 1947 dengan saat ini, namun orientasi, peran dan fungsi semestinya tetap dipegang teguh. Untuk menjawab persoalan keumatan dan kebangsaan dengan cara-cara yang tentu relatif berbeda. Perjuangan HMI kini jelas bukanlah angkat senjata/ bambu runcing vis a vis dihadapkan dengan imperialisme penjajah, maupun gerakan komunis secara fisik (PKI) (dalam Abdulrahman, 2008).
Masa depan HMI
Melihat kondisi riil HMI saat ini, serta tantangan internal dan eksternal yang dihadapi sangat kompleks sekali, maka keberadaan HMI di masa depan sebagaimana diungkapkan sejarawan HMI, Prof. DR. H. Agussalim Sitompul (2008), ada tiga kemungkinan: Pertama, HMI akan tetap eksis dan bangkit kembali dari kemunduran dan keterpurukan yang melanda selama lebih kurang 25 tahun. Hal ini dapat dicapai apabila HMI mampu melakukan perubahan, dengan agenda-agenda perubahan mendasar yang selama ini pondasi-pondasi penyangga HMI.
Kedua, HMI status qou. Keberadaan HMI akan tetap seperti sekarang dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hal ini akan terjadi manakala HMI enggan melakukan perubahan, dan tantangan yang dihadapinya tak kunjung terselesaikan. Bahkan kondisi saat ini akan lebih parah lagi untuk masa-masa mendatang, apabila HMI tetap merasa dirinya sebagai organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia sebagai kesombongan historis yang kini menghinggapinya. Lebih daripada itu HMI tidak mau mendengar dan memperhatikan kritik yang konstruktif baik dari luar maupun dari intern HMI yang banyak dialamatkan pada HMI. Dimana kritikan dan saran perbaikan itu oleh PB HMI, Badan Koordinasi, Cabang-cabang, Koordinator Komisariat dan Komisariat-komisariat HMI di seluruh Indonesia dianggap angin lalu saja.
Ketiga, HMI akan hilang dari peredaran untuk tidak dikatakan bubar. Hal ini terlihat dimana hingga kini belum ada tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan yang semestinya sesuai dengan tuntutan kontemporer.
Tentunya sebuah harapan besar akan perubahan telah menanti. Dengan momentum Dies Natalis/ Milad HMI ke-62 tahun pada hari ini diharapkan HMI mampu segera berubah untuk kembali bangkit dan berperan meminjam ungkapannya Sulastomo (2008) sebagai kader umat dan kader bangsa guna mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Amien. Bahagia HMI. Yakin Usaha Sampai!.

PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.
:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

HMI ORGANISASI TERBAIK DALAM MENCETAK PEMIMPIN BANGSA


HMI Merupakan organisasi mahasiswa islam tertua di Indonesia, perjalanan organisasi yang sudah kurang lebih setengah abad, tepatnya 64 tahun sejak berdirinya pada tanggal 5 Februari 1947 merupakan organisasi yang memiliki produktivitas perkaderan terbaik di negeri ini, perkaderan merupakan fokus utama dalam organisasi HMI, Tak sedikit sumbangsih yang diberikan organisasi ini kepada negeri semenjak terbentuknya hingga sekarang.

Perkaderan yang sistematis dimulai dari LK 1 (Basic Training), LK 2 (Intermediete training), LK 3 (Advance Training) menjadikan karakter kepemimpinan yang kuat pada kader-kader himpunan, perkaderan tersebut mampu membentuk kompleksitas kompetensi dalam diri kader HMI, selain bisa mengatur negara kader HMI juga mampu mengerjakan suatu hal yang prakPtis dan sekecil apapun, pembinaan anggota dari LK 1 yang notabene menjadi dasar perkaderan membentuk jiwa kemandirian dalam berbagai hal, penyelenggaraan kegiatan-kegiatan hampir semua dilaksanakan dengan pendanaan yang serba terbatas, dan kader HMI di tuntut untuk mampu berjuang menyukseskan kegiatan tersebut, LK 2 merupakan pertrainingan yang menitik beratkan pada aspek kepemimpinan, kader HMI yang sudah masuk dalam intermediet training memiliki kemampuan dalam mengelola sebuah organisasi, dan advance training LK 3 merupakan pertrainingan yang menitikberatkan pada segala aspek kehidupan (multi intelgence) sehingga kader yang sudah masuk dalam pertrainingan ini mampu mengelola , menjalankan, dan mengotimalkan sebuah organisasi.

Kader HMI saat ini telah menguasai berbagai lini kepemimpinan bangsa di negeri ini, sebagai contoh Semua calon Ketua Umum Partai Demokrat pernah menjadi aktivis organisasi ekstra kampus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Selain Anas Urbaningrum yang memang pernah jadi Ketua Umum HMI, dua calon lainnya juga aktivis di HMI meski tak sampai pucuk pimpinan level nasional.

Andi Mallarangeng, misalnya, pernah menjadi Sekretaris Komisariat HMI Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sedangkan Marzuki Ali juga pernah menjadi anggota Komisariat HMI Jakarta Timur. Andi Mallarangeng kini Menteri Pemuda dan Olahraga, Marzuki Alie menjadi Ketua DPR, dan Anas Urbaningrum menjadi Ketua Fraksi Demokrat DPR.

Itu sebabnya, mantan Ketua Umum HMI Akbar Tandjung yang kini Ketua Dewan Pembina Partai Golkar menepis tudingan soal HMI atau korps alumni HMI berada di belakang Anas Urbaningrum.

"Tidak ada rencana maupun rekayasa politik atas pencalonan Anas Urbaningrum di Partai Demokrat. Apalagi ingin mempengaruhi dan mencampuri Partai Demokrat dalam memilih ketua umumnya," bantah Akbar Tanjung saat ditanya Kompas di Jakarta, Rabu (21/4/2010).

Akbar menganggap, majunya Anas adalah murni kapasitas Anas, kontribusinya di Partai Demokrat selama ini juga komitmen Anas yang ingin membangun Partai Demokrat menjadi partai modern.

Akbar menepis tudingan adanya dukungan dana dari dirinya dan mantan kader serta pengurus HMI/KAHMI lainnya untuk membantu Anas. Katanya, memang ada kesamaan dan ikatan emosional karena pernah bersama-sama di HMI, tetapi tidak ada dukungan seperti itu.

Soal dukungan terhadap Anas, Akbar menyatakan, dirinya juga mendukung seperti mendukung Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie yang pernah sama-sama menjadi alumni HMI. "Wajar kalau saya mendukung Anas, Andi, dan Marzuki. Sebab, mereka sama-sama HMI juga," katanya.


PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.
:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

SEJARAH SINGKAT HMI-MPO


Sesuai dengan AD/ART-nya, nama sesungguh dari HMI-MPO adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Adapun ada tambahan MPO (Majelis Penyelamat Organisasi) di belakang kata Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah untuk identifikasi bahwa HMI yang ini berbeda dengan HMI yang bersekretariat di Jl. Diponegoro (atau biasa disebut denga HMI-Dipo). Penambahan istilah MPO ini lahir saat menjelang kongres HMI XVI di Padang, Sumatera Barat tanggal 24-31 Maret 1986, HMI mengalami perpecahan internal sebagai akibat dari represi dari rezim Orde Baru yang memaksakan penerapan Asas Tunggal Pancasila. HMI yang sejak semula berasaskan Islam terbelah menjadi dua kubu, yaitu antara kubu yang tetap mempertahankan asas Islam dengan kubu yang berusaha mengikuti perintah Presiden Suharto mengubah asasnya menjadi Pancasila.
Pada mulanya MPO merupakan nama sekelompok aktivis kritis HMI yang prihatin melihat HMI yang begitu terkooptasi oleh rezim orde baru. Kelompok ini merasa perlu bergerak untuk mengantisipasi intervensi penguasa pada HMI agar HMI mengubah azasnya yang semula Islam menjadi pancasila. Bagi aktivis MPO, perubahan azas ini merupakan simbol kemenangan penguasa terhadap gerakan mahasiswa yang akan berdampak pada termatikannya demokrasi di Indonesia. Perpecahan tersebut berlangsung hingga kongres XVI, di mana kubu yang mempertahankan asas Islam akhirnya menyelenggarakan kongres sendiri di Yogyakarta. Pasca itu terbentuklah dua kepengurusan PB HMI, yaitu PB HMI yang menerima telah menerima penerapan Asas Tunggal dan PB HMI yang tetap menolak Asas Tunggal dengan tetap mempertahankan Islam sebagai asasnya. Dalam perkembangannya, pemerintah Orde Baru melakukan opresi terhadap kepengurusan HMI yang mempertahankan Islam ini, atau biasa dikenal dengan nama HMI-MPO (Himpunan Mahasiswa Islam – Majelis Penyelamat Organisasi). Selain dengan sebutan HMI-MPO, eksponen organisasi ini lebih senang menamakan dirinya sebagai HMI 1947, mengacu pada tahun pendirian HMI .
Sejak awal kemunculannya tahun 1980-an, HMI MPO tumbuh menjadi gerakan bawah tanah yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan negara. Pada periode 90-an awal HMI MPO adalah organisasi yang rajin mengkritik kebijakan Rezim Orba dan menentang kekuasaannya dengan menggunakan sayap-sayap aksinya yang ada di sejumlah provinsi. Sayap aksi HMI-MPO yang terkenal antara lain adalah FKMIJ (Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta) dan LMMY (Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta) di Yogyakarta.
Di Yogyakarta LMMY merupakan sebuah organisasi masa yang disegani selain PRD dan SMID. Aksi solidaritas untuk Bosnia Herzegovina di tahun 1990 yang terjadi di sejumlah kampus merupakan agenda sayap aksi HMI MPO ini. Aksi demonstrasi menentang SDSB ke Istana Negara dan DPR/MPR pada tahun 1992 adalah juga kerja politik dua organ gerakan tersebut sebagai simbol melawan rezim. Aksi penolakan terhadap rezim orde baru di Yogyakarta merupakan bukti kekuatan HMI MPO dimana aksi 2 dan 3 April 1998 yang menjadi pemicu dari gerakan selanjutnya di Jakarta. Pada peristiwa pendudukan gedung DPR/MPR tanggal 18-23 Mei 1998, HMI MPO adalah ormas satu-satunya yang menduduki gedung tersebut di hari pertama bersama FKSMJ dan FORKOT yang kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai universitas dan kota hingga Soeharto jatuh pada 21 mei 1998.
Pasca jatuhnya Soeharto, HMI MPO masih terus demonstrasi dan aksi-aksi lainnya dalam mengkritisi kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh penguasa.
Download Pdf : Sejarah HMI dari Zaman Kemerdekaan Sampai Reformasi (Oleh M. Chozin Amirullah)

PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.
:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

Lafran Pane; Intelektual Muslim Indonesia


 
HMI merupakan organisasi pergerakan tertua di ibu pertiwi ini yang berdiri pada hari rabu tanggal 14 Rabiul awal 1366 H atau bertepatan dengan 5 Februari 1947M, di salah satu ruangan kuliah tafsir STI. Organisasi ini adalah Organisasi pergerakan pertama berlabelkan “islam”di Indonesia dengan dua tujuan dasar. Pertama, Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Lafran Pane ialah tokoh pemrakarsa berdirinya organisasi pergerakan HMI, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk ditingkat I. Tentang sosok Lafran Pane, dapat diceritakan secara garis besarnya bahwa Pemuda ini lahir di Sipirok-Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Pemuda Lafran Pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalis-muslim pernah menganyam pendidikan di Pesantren, Ibtidaiyah, Wusta dan sekolah Muhammadiyah.
Mengenai Lafran Pane Sujoko Prasodjo dalam sebuah artikelnya di majalah Media nomor : 7 Thn. III. Rajab 1376 H/ Februari 1957, menuliskan :” Sesungguhnya, tahun-tahun permulaan riwayat HMI adalah hampir identik dengan sebagian kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mula kelahiran HMI, kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya tanpa mengurangi sumbangsih tokoh pendiri yang lain seperti Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisssaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainah, M. Anwar, Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Badron Hadi.
Melihat latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: “Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Dalam membentuk organisasi ini ia melandasinya dengan semangat keislaman-keindonesiaan yang merupakan gagasan yang relefan saat itu dengan tujuan mempertahankan kemerdekaan indonesia, menegakkan nilai-nilai islam serta mengankat harkat, derajat dan martabat seluruh rakyat indonesia tanpa terkecuali.
Lafran Pane sebagaimana dijelaskan Nurkholismajid yang juga dikutip Azyumardi Azra adalah personifikasi dari pemikiran keislaman dan keindonesiaan HMI. Itu terlihat dari keteguhan iman serta amal perbuatan lafran sangat tulus, jujur, tawadhu, indefenden, visioner, konsiten, moderat dan demokrat. Beliau tetap menjaga prinsif itu semua meskipun ada generasi HMI penerusnya telah banyak menjadi orang pada taraf tertentu. Bahkan beliau terkesan menarik diri dari prestasi yang diraih generasi pada keemasan HMI. Beliau sedikitpun tidak menancapkan pengaruhnya dalam HMI apalagi menggunakan HMI untuk keperluaan pribadinya sendiri, Lafran bahkan menghindari sebutan sebagai pendiri HMI sampai akhir khayatnya
Jika ditinjau dari perspektif kekinian, pandangan nasionalistik rumusan tujuan tersebut barangkali tidak tampak luar biasa. Namun jika dinilai dari standar tujuan organisasi-organisasi Islam pada masa itu, tujuan nasionalistik HMI itu memberikan sebuah pengakuan bahwa Islam dan Keindonesiaan tidaklah berlawanan, tetapi berjalin sinergis bersama. Dengan kata lain Islam harus mampu beradaptasi dengan Indonesia, bukan sebaliknya. Dalam rangka mensosialisasikan gagasan keislaman-keindonesiaanya. Pada Kongres Muslimin Indonesia (KMI) 20-25 Desember 1949 di Yogyakarta yang dihadiri oleh 185 organisasi alim ulama dan Intelegensia seluruh Indonesia, Lafran Pane menulis sebuah artikel dalam pedoman lengkap kongres KMI (Yogyakarta, Panitia Pusat KMI Bagian Penerangan, 1949, hal 56). Artikel tersebut berjudul “Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia”.
Dalam buku ini Lafran Pane berasumsi bahwa agama islam dapat mengisi hajat kebutuhan manusia global pada tataran locus dan temposnya, artinya dapat menselaraskan diri dengan keadaan dan keperluan masyarakat kapanpun dan dimanapun berada. Adanya bermacam-macam bangsa yang berbeda-beda masyarakatnya, yang tergantung pada faktor alam, kebiasaan, kultur dan lain-lain. Maka kebudayaan islam dapat diselaraskan dengan masyarakat masing-masing
Sebagai muslim dan warga Negara Republik Indonesia, Lafran juga menunjukan semangat nasionalismenya. Dalam pidato pengukuhan Lafran Pane sebagai Guru Besar dalam mata pelajaran Ilmu Tata Negara pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Yogyakarta (sekarang UNY), kamis 16 Juli 1970, Lafran menyebutkan bahwa Pancasila merupakan hal yang tidak bisa berubah. Pancasila harus dipertahankan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Namun ia juga tidak menolak beragam pandangan dan memberi inklusifitas interpretasi tentang pancasila. Ia sangat terbuka terhadap itu semua, termasuk pada Islam. Islam bertumpu pada ajarannya memiliki semangat dan wawasan modern, baik dalam politik, ekonomi, hukum, demokrasi, moral, etika, sosial maupun egalitarianisme. Wajah islam yang seperti ini selazimnya dapat dibingkai dalam wadah keindonesia yang sesuai dengan perkembangan lokus dan temposnya demi kepentingan umat.
Pada buku ini juga menjelaskan tentang idiologi pembebasan semangat intelektualisme dan kesadaran keimanan islam dengan pembentukan intelektual muslim indonesia melallui HMI. Ini merupakan suatu proses dinamika sejarah dan perjuangan panjang yang dimulai sejak sarekat islam. Lafran memilih sikap untuk mempertahankan sejarah panjang tersebut dengan menjadikan islam sebagai benteng rasional dan solusi kuat serta berdiri tegak dala wujud negara kesatuan republik indonesia. Pada sosoknya kita bisa melihat bentuk perjuangan, pemikiran dan aplikasinya secara real dalam bingkai pluralitas nusantara ataupun multikulturalnya bangsa ini. Bagi beliau islam bukanlah suatu spritualisme pasif, maka dari itu ia telah memberikan warisan intelektualnya kepada HMI; islam inklusif dan progresif.
Secara totalitas buku ini memeparkan jejak hikayat dan pemikiran Lafran Pane dan sumbangsinghnya selaku pelopor pendiri HMI juga seorang Rausyan Fikr ataupun aktor intelektual visioner yang memiliki kwalitas khusus yang bersifat bawaan (innate). Dalam pandangan Antonio Gramci sebagaimana yang dikutif Yudi Latif ,seorang tokoh intelektual tidak hanya bekerja pada tahap manual saja akan tetapi terletak pada fungsi sosialnya. Sedangkan menurut Ali Syariati konsep Rausyan Fikr adalah intelekual yang tercerahkan, pemikir bebas, pemikir bebas yang mempunyai tanggung jawab struktural, moral dan sosial, itu semua ada pada sosok Lafran Pane.
Maka dari itu saya tidak heran ketika Yudi Latif, Lulusan (S-3) Australian National University (ANU) dalam bukunya “Intelegensia Muslim dan Kuasa: Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad Ke-20,hal 502 menyebutkan : Lafran Pane sebagai generasi ketiga inteligensia muslim Indonesia setelah generasi pertama (Tjokroaminoto, Agus Salim,dll), generasi kedua (M. Natsir, M. Roem dan Kasman Singodimedjo pada 1950-an), generasi keempat (Nurcholish Majid, Imadudin Abdurrahim dan Djohan Efendi pada 1970-an).
Hal yang disayangkan dalam buku ini kurang sekali memaparkan kekurangan sosok lafran Pane bahkan mungkin bisa dikatakan tidak ada, padahal buku biografi yang baik adalah buku yang menyajikan secara utuh kelebihan dan kekurangan sosok sang tokoh tersebut. Saya melihat sosok lafran pane dalam buku ini sangat perfecksionis hanya berisi kebaikan dan pujiaan pujian terhadap tokoh tersebut. Seharusnya ada keseimbangan dari itu semua karena menurut sejarah tokoh yang abadi dan sangat berpengarus adalah tokoh yang dipuji-puji oleh pengikutnya dan di cerca atau dikritik secara radikal oleh musuh musuhnya. Yang jelas buku ini sangat baik dibaca bukan hanya oleh kader HMI akan tetapi oleh semua aktivis mahasiswa pergerakan indonesia terutama sivitas intelektual akademis baik mahasiswa, dosen, santri, kyai dan profesor-profesor ataupun pemerhati pendidikan, pergerakan dan politik di indonesia.


PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.

Featured Video

SENARAI TETAMU KEHORMAT MUATURUN MP3 PERCUMA

Followers