:: Untuk Muaturun MP3 Kegemaran Anda, Klik Kiri Pada Tajuk Lagu. Anda Kemudiannya Akan Dibawa Ke Halaman Untuk Memuaturun MP3 Tersebut ::

Minggu, 23 Desember 2012

Agama dan Peran Sosial Kemanusiaan


Oleh: Trisasbianto Muang
Desember 2008

Melihat sebuah perubahan adalah hal yang sudah tabu terjadi. Tak ada suatu pijakan yang transformatif untuk perubahan tetap didunia ini. Semuanya berbeda dan masing-masing mengikuti arus dengan menempuh jalan yang berbeda pula. Einstein dalam teori realitivitasnya; ‘’tidak ada yang kekal di dunia ini, yang ada hanyalah revolusi’’. Tetapi, di zaman hari ini ada yang tidak mau melakukan perubahan bahkan seseorang memandang perubahan sesuatu yang harus di hindari, semuanya cenderung opurtunis dan individualis. Mereka di sandarkan bahwa perubahan secara refleks akan hadir dengan sendirinya.

Apakah perubahan yang baik adalah hal yang menakutkan?, ataukah mungkin manusia Sudah terkena virus amnesia hingga tak bisa lagi bergerak maju merekonstruksi kubangan zaman yang kian busuk !. sementara peradaban zaman kontemporer sudah tidak punya keseimbangan yang harmonis, kecuali dia melalui proses penyadaran dan jeli memandang bahwa dalam dinamika kehidupannya terjadi kerusakan yang sangat fatal. paling tidak, mereka menjumpai realitas sekelilingnya yang sudah usang dan tidak sesuai ia kehendaki.

Tidak ada salahnya kewajiban manusia agar percaya dan merespon tentang adanya fakta dimana hampir segala aspek kehidupan yang di topang oleh sistem yang sudah membumi pada sektor sosial yang tidak berprikemanusian itu sebaiknya harus dilawan sebagai musuh nyata bersama. belum lagi keprihatinan suatu bangsa yang di belenggu oleh zaman yang tidak menghargai, menghormati serta menafikan hak-hak orang banyak perihal tentang kemanusiaan.

Tatkala itu pula kehadiran ideologi datang silih berganti dan membawa wajah baru dengan doktrin masing-masing. Semuanya punya solusi dan tawaran untuk membuktikan ideologi mana yang paling mampu menjawab keluhan rakyat yang selalu di eksploitasi, ditindas, dan di marginalkan oleh sistem ekonomi politik internasional yang kokoh, licik, dan buas dari peradaban barat . padahal Edward Said mengusik dengan tegas ‘’bahwa pengetahuan barat, langsung atau tidak langsung adalah bentuk wacana kolonialisme’’.

Sebagai fakta historis, bangkit berbagai ideologi dengan segala keunggulan dan kegagalannya, tapi kapitalisme menjadi sistem yang punya power dipanggung dunia. Namun, harus diketahui bahwa kapital atau modal adalah produk yang diakumulasikan dan dikonsentrarikan ketangan swasta. Semua kegiatan ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar dan menghendaki lepas campur tangan negara. konsep ekonomi ini yang melahirkan WTO, kemudian disebut neoliberalisme. Mereka memunculkan wajah bengis dan kejam ’’perdagangan bebas’’ internasional. Tanpa peduli berapa besar kerusakan sosial diakibatkannya. Seperti pencabutan subsidi pendidikan, penghapusan kesejahteraan bersama diganti dengan tanggung jawab perorangan, dan menekankan kaum miskin untuk mencari jalan sendiri untuk kesejahteraan mereka termasuk juga penebangan hutan untuk kepentingan korporasi yang berdampak pada kerusakan ekosistem alam. Mungkin saya tidak mengulas satu- persatu bentuk seramnya.

Membaca peran agama

Entah kenapa Agama sekarang ini cenderung tidak kerja keras membangun masyarakat. Agama hanya menjadi ritual semata tanpa punya narasi dalam teologi pembebasan ummat. Sekilas Menengok sejarah tentang agama misalnya, kisah-kisah para nabi dalam kitab atau teks-teks suci ternyata kehadiran mereka berperan untuk kemashalatan umat serta mengangkat derajat secara kolektif bagi tiap individu-individu. Namun, realitas kita hadapi ternyata agama tidak punya lagi formulasi gerakan untuk pembelaan dan pembebasan terhadap kaum mustad’affin. Agama seolah terdiam merefleksi tatanan sosial yang semakin bobrok serta tidak punya nyali untuk menghentikan sistem yang tidak humanis yang terus mengarah kepada proses dehumanisasi.

Indonesia sebagai fakta dini sebuah negara yang ditelan oleh sistem neolibelaralisme hanya bisa memberikan prestasi yang mengerikan. Dimana rakyat jatuh pada angka kemiskinan yang terus melonjak hingga menjadi sebuah budaya yang tak mampu terselesaikan. Ditambah lagi dengan biaya pendidikandan dan kesehatan semakin mahal. Semetara hak-hak yang paling asasi malah terabaikan dan rakyat makin melarat, sementara penguasa euforia dalam korupsi berjamaah. Akankah realitas ini terus berlarut-larut dan tampil sebagai tontonan yang memalukan dipanggung dunia yang telah dilanda krisis multidimensi meski secercah belum menemukan titik terang.

Dari sini kita bisa menyimpulkan fenomena yang timpang terus menjerat paradigma yang membuat selama ini kita bungkam. Perlukah agama menjawab perilaku najis ini?

Seiring Era globalisasi atau era modern dewasa ini banyak fenomena menarik dalam keberagamaan didunia khususnya bangsa kita. Dimana agama hanya menjadi identitas tersendiri bagi tiap-tiap pemeluk dan mengklaim sikap beragama yang benar bahkan ada yang menutup diri terhadap yang lain. Agama hanya dijadikan sebagai simbol ketaqwaan bagi seseorang dan menjadi tempat pengaduan kepada sang pencipta. Sikap ini ketika menjadi ekstrim dapat berdampak pada munculnya gerakan-gerakan militan yang mengatasnamakan agama.Tidak heran ketika terjadi benturan antar pemeluk agama, hingga proses kedamaian sejati sangat sulit dibangun.

Munculnya berbagai krisis kepercayaan dan sikap pesimis terhadap agama sudah vulgar. Bahkan ada yang mengutuk eksistensi agama dalam sebuah negara dengan memvonis bahwa agama adalah candu ‘’karl marx’’. Ada yang mengatakan umat beragama itu utopis’’sigmund freud’’. Agama yang kita yakini semestinya hadir dimuka bumi untuk membebaskan manusia dari berbagai ketertindasan, justru dianggap hanya membawa kehancuran kepada manusia. Agama juga ditafsirkan sebagai sesuatu yang mandul yang tak memiliki nilai apa-apa.

Disisi lain, kapitalisme sebagai ideologi penyangga sistem dunia juga gagal menciptakan kesejahteraan manusia. Ideologi ini menyeret manusia pada kehancuran yang lebih mengerikan (Pada tahun 1960, sebanyak 20 % warga paling kaya dunia menguasai 70,2 % kekayaan dunia,dan 20% warga paling miskin dunia mengontrol 2,3% kekayaan dunia. Pada tahun 1990, seperlima penduduk paling kaya itu menguasai 86% kemakmuran dunia, sementara seperlima yang paling miskin hanya mengais-ngais 1%. Kini? Angka itu sudah menjadi 88% dan 0,85% (UNDP, 2000 world developmen report 2000 New York). Pola inilah yang membentuk sistem dunia yang melahirkan semangat akumulasi modal yang begitu tinngi. Dititik ini pula manusia didongkrak sifat keserakahan yang dibarengi nafsu kuasa yang mengarah kepada sistem ekonomi bisnis pincang dan membuktikan kesenjangan antara yang kaya dan miskin semakin kuat. Akhirnya, sistem ideologi ini senantisa merusak moral kita dan mengancam eksistensi peradaban dunia hingga merusak mata rantai manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih layak.

MERETAS JALAN PERUBAHAN

Telah diketahui bahwa agama hadir sebagai wujud kebaikan yang sempurna. Agama apapun keyakinannya sudah saatnya tampill mencari solusi perubahan demi melawan kapitalisme neoliberal yang sangat biadab. Agama mestinya bertanggung jawab untuk meretas semangat kritis dalam wadah gerakan nyata. Maka, penting kiranya membangun asas bersama dengan nalar yang lebih peduli akan sosialitas kemanusiaan karena kita tidak boleh larut dari hegemony jebakan suatu sistem yang menuhankan materi.

Pada akhirnya, urgensi pergerakan sosial agama perlu merumuskan kembali makna identitasnya. Dibalik arus kesenjangan ekonomi yang kian liberal maka waktunya agama menemukan moral pembebasan. Nabi muhammad saw pernah berkata ‘’islam hadir untuk menyempurnakan akhlak’’. Hanya ikhtiar yang membuat agama tidak bungkam dan memasrahkan semua pada sistem. Tuhan sangat mengutuk hambanya yang selalu putus asa dan frustasi.

Firaun harus menjadi simbol kaum pendusta yang kisahnya diulang berkali-kali menyindir secara radikal bagaiman penguasa menciptakan sitem yang menindas. Sistem yang dijalankan firaun persis negara yang berdiri diatas kaki kelompok-kelompok kepentingan. Kehadiran musa sebagai utusan Tuhan bukan berarti mencerca perilaku firaun tetapi sistem yang menbuatnya angkuh, serakah, dan durhaka kepada Tuhan.

Demikian, Saatnya implemementasi agama bergerak menuju perubahan totalitas, baik terhadap individu dan kondisi mereka, ataupun terhadap masyarakat, umat atau bangsa. pesan-pesan suci nan damai dalam kitab agama harus teraplikasikan kearah yang transformatif dalam visi pembebasan. seperti yang dikatakan Robert Borrong ‘’hakikat agama adalah pembebasan itu sendiri’’, atau Hassan Hanafi melihat agama datang bukan untuk merubah status quo, dia menafsirkan ’’agama adalah revolusi itu sendiri’’.

Dengan kata lain agama menjadi patron untuk kemashlatan umat dan pelepasan dari dogma-dogma yang sempit. Dalam konteks ini kita senantiasa menaruh harapan agar agama tidak lagi dijual dengan fatwa-fatwa menjijikan. Setidaknya yang mesti dilakukan ulama, pendeta serta tokoh-tokoh agama lain bergegas menafsir kembali bagaimana mengemas dan menyampaikan agama agar mampu diterima dengan baik oleh umatnya dalam meraih kemakmuran bersama. Bukan lagi menjadikan penyabaran agama sebagai status quo yang berpihak kepada penguasa yang korup serta menjadi alas kepentingan pasar kelas borjuis.

Martin Luther mungkin dapat menjadi inspirasi penting bagi agama-agama yang mau menuju jalan-jalan paembebasn. Dimana dia mengkritik secara radikal dalam praktik kotor gereja katolik dimasanya ’’surat bebas dosa’’, dengan langkah itu luther memulai suatu proses yang tak dapat dihentikan dan pengaruhnya masih hidup sampai sekarang. Ataukah tokoh yang pernah berhasil mendamaikan konflik antar agama dan selalu mengajak pengikutnya agar tidak serakah kepada dunia seperti rekayasa yang diwariskan imprealis kafir saat ini. Mahatma Gandhi mengingatkan bahwa ’’sesungguhnya dunia diciptakan tuhan sangat memenuhi kebutuhan manusia,tapi sungguh tidak memenuhi keserakahan manusia’’. Itulah jiwa sosok seorang agamawan yang sederhana

Bagi ummat islam semangat liberatif dihadirkan kembali dalam nuansa keberagamaan dan menyadari bahwa sesungguhnya agama punya fungsi sosial seperti yang diperankan oleh Rasulullah saw bersama sahabatnya.

Janganlah semua ini didiamkan dan kita semua hanya maenjadi pemberontak hati nurani karena sesungguhnya didalam benak pemilik gagasan senantiasa hidup suatu gambaran jelas yang hendak diberikan terhadap masyarakat untuk lebih arif; sebuah gambaran kehidupan dimasa keemasan islam dibawah pimpinan rasulullah saw dan para sahabatnya semoga menjadi teladan bagi kita semua. Mereka teguh berusaha mencabut akar realitas kehidupan jahiliyah dan berupaya merombak asasnya dari sistem yang sungguh tidak memanusiakan manusia dari segala aspeknya. Merekapun mengantarkanya kearah kedamaian dan kebahagiaan sejati bersama dengan yang lainnya. Wallahu a'lamu bis sawab


(Dibawah gubuk kecil ada 'sekolah agama' yang progresif. Kadernya tak cukup banyak. Namun, semangat kebersamaan selalu hidup demi melawan kebusukan kepada mereka yang telah menggadai agama. ...........Sebuah gubuk kecil (para Kapitalis jijik melihatnya) yang diberi nama; 'CARABACA'. Komunitas yang didirikan oleh keder-kader HmI...... Di sekolah ini aku belajar menulis. ''Makassar 06 desember 2008''}


PERHATIAN : JIKA TERDAPAT LINK MUATURUN YANG GAGAL BERFUNGSI ATAU TERDAPAT MASALAH UNTUK MUATURUN MP3,KOMEN-KOMEN,SERTA CADANGAN-CADANGAN LAIN SILA NYATAKAN DALAM KOTAK KOMEN YANG TERDAPAT PADA SETIAP POST. KOTAK KOMEN TIDAK DIPAPARKAN PADA LAMAN UTAMA. KERJASAMA ANDA AMATLAH DIHARGAI.

Featured Video

SENARAI TETAMU KEHORMAT MUATURUN MP3 PERCUMA

Followers